Bloggernyo urang sikaladi By. Boim

Komodo Diusulkan Menjadi Ikon Asean

Jakarta - Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) akan mengusulkan komodo sebagai salah satu ikon Asean Community 2015 karena menjadi satu-satunya sisa binatang purba di dunia.


"Komodo bukan hanya milik Indonesia dan Asean, tapi juga warisan dunia karena itu kami akan usulkan dalam forum kepemudaan di kawasan regional maupun internasional agar jadi ikon bersama," kata Ahmad Doli Kurnia, Ketua KNPI, tadi malam.


Dia berbicara ketika menerima 24 pemuda Asean peserta Asean + 3 Inventors Expo 2011 di lobi Trans TV untuk menghadiri Pameran Foto Komodo dan pemutaran film bersama pakar komodo, Putra Sastrawan.


Doli mengatakan di forum internasional sebelumnya yang digelar KNPI pada Febuari lalu yaitu International Youth Forum on Climate Change, pihaknya juga membawa peserta ke Pulau Komodo untuk menyuarakan pelestariannya sebagai binatang yang masih eksis sejak 60 juta tahun lalu dan hanya di Indonesia.


Doli, yang juga wakil ketua World Assembly of Youth (WAY), mengatakan pihaknya menyambut gembira kegiatan yang digagas kantor Menpora dan Universitas Budi Luhur untuk memberdayakan generasi muda Asean melalui hasil kreasi dan inovasi.


"Menarik sekali ada upaya dari masyarakat sipil Asean untuk membangun kerja sama yang positif dalam pengembangan sumber daya manusia Asean dalam hal peningkatan wawasan dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna."


Menurut Doli, kesadaran pertemuan seperti ini penting untuk membangun komunitas Asean yang lebih kuat dan saling memiliki. Apalagi tugas itu bukan hanya di tangan pemerintah di negara-negara Asean.


Halida Hatta, corporate secretary Trans TV, mengatakan pameran foto komodo karya jurnalis kerjasama dengan Yayasan Komodo Indonesiaku adalah upaya menyuarakan pada dunia dengan keunikan flora dan fauna RI


"Keunikan fauna bukan hanya di Pulau Komodo tetapi juga di Garis Wallace yang melalui Kepulauan Melayu antara Kalimantan, Sulawesi, Bali Barat dan Lombok Timur. Program-program TransTV banyak mengenai mengeksplore kekayaan alam Indonesia," tandasnya.


Sementara itu, Linda Islami, dosen yang juga Public Relations Manager Universitas Budiluhur mengatakan Asean+3 Youth Inventors Expo 2011 diikuti perwakilan negara Asean plus China, Jepang dan Korea Selatan.


"Kegiatan berlangsung 5-9 Juni 2011 di tiga tempat yaitu kampus Universitas Budi Luhur, Museum Asia-Afrika Bandung dan Pusat Penelitian & Pengembangan Tekhnologi Serpong," katanya.


Dua peserta dari Thailand, Azima, tercatat sebagai mahasiswa tamu di Universitas Pakuan, Bogor dan Doan Hai Hoang dari Vietnam yang kuliah di President University Cikarang merasa gembira bisa bergabung dengan peserta dari negaranya masing-masing dalam forum pemuda ini.


"Membangun komunitas Asean memang harus memperkuat jaringan kerjasama di kalangan pemudanya sehingga jadi komunitas yang kuat.


Di Vietnam, ujarnya, ada sedikitnya 21 investor yang membangun usaha termasuk Grup Ciputra. Entrepreneurship akan menjadi jembatan memperkuat Asean pula.


Batik Indonesia Dipamerkan di Athena

London, Inggris - Pameran Batik bertema "Sebuah Perjalanan Menuju Jantung Seni dan Budaya" digelar Wali Kota Maroussi dan Kepala Pusat Kebudayaan Maroussi mengundang perhatian warga Yunani yang mengawali kegiatan musim panas setiap tahun di Kota Athena .


Wali Kota Moroussi Giorgios Patoulis dalam sambutan pembukaan pameran yang dihadiri Duta Besar RI untuk Republik Yunani, Ahmad Rusdi, merasa bangga atas pameran barang kerajinan dan seni Indonesia maupun Yunani yang dilakukan di wilayahnya, ujar Sekretaris Kedua KBRI Athena Widya Sinedu kepada Antara London, Selasa.


Wali Kota Giorgios juga menyampaikan apresiasinya dan penghargaan kepada KBRI Athena yang mendukung suksesnya pameran ini, sehingga acara ini dari tahun ke tahun baik dari segi kreatifitas tampilan barang maupun pesertanya terus meningkat.


Pameran yang diadakan dari tanggal 6 Juni hingga 9 Juni mendatang dikunjungi murid, orang tua, pejabat dan warga setempat dengan memamerkan puluhan hasil karya kombinasi tehnik membatik dan seni terapan kontemporer khas Yunani.


Pameran Batik dalam karya seni terapan merupakan salah satu kegiatan yang diselenggarakan secara rutin dengan menampilkan bahan-bahan daur ulang yang disulap menjadi karya seni yang indah.


Duta Besar Ahmad Rusdi, yang merupakan diplomat karier dan putra pengrajin batik asal daerah pesisir Pekalongan merasa kagum dan bangga atas keahlian Ms. Eleni Grafakou, mantan peserta Program Dharmasiswa tahun 2006-2007, yang berhasil mempelajari tehnik membatik di Indonesia selama setahun.


Ms. Eleni Grafakou mendirikan Sekolah Seni bersama orang tuanya yang diikuti ratusan murid dari berbagai usia di Pusat Kursus Seni Terapan di wilayah Maroussi, Athena.


Di hadapan 300 undangan Dubes Ahmad Rusdi secara spontan menyampaikan penghargaan dan sekaligus mengundang Eleni Grafakou, untuk mengunjungi Indonesia kembali dan sekaligus diharapkan dapat menghadiri Kongres Internasional Batik yang diadakan di Jakarta pada akhir tahun .


Pada kesempatan tersebut Dubes menawarkan program Dharmasiswa bagi para undangan yang hadir untuk dapat memanfaatkan kesempatan belajar seni, tari dan bahasa di Indonesia.


Ia juga mempromosikan kekayaan dan keindahan obyek wisata Indonesia yang sangat menarik dan menakjubkan serta mengajak warga Yunani untuk berkunjung dan melihat Indonesia secara langsung.


Pada kesempatan pameran ini, batik hasil karya Ms. Eleni Grafakou beserta murid-muridnya berupa hiasan dinding, taplak meja, pakaian jadi seperti blouse dan kaos, syal, serta selendang dengan berbagai warna warni yang umumnya bermotif orang, gambar binatang dan ikan serta bernuansa motif kontemporer ditampilkan dengan menarik menarik perhatian pengunjung.


Tampilnya batik di pameran ini juga mendominasi sudut-sudut aula Pusat Kebudayaan Maroussi yang telah disulap menjadi ruang pameran kesenian yang dipadukan dengan hasil karya seni murid lainnya berupa perhiasan, pernak-pernik serta dekorasi untuk rumah tangga dan perkantoran.


Pameran batik yang diprakarsai Ms. Eleni Grafakou dengan mendapat fasilitas dari Walikota Marousi dan didukung KBRI Athena merupakan wujud dan jalinan hubungan yang lebih nyata.


Kegiatan kerja sama seperti ini diharapkan dapat meningkatkan persahabatan antara Indonesia-Yunani dalam bidang Kesenian dan Kebudayaan, sehingga melalui pameran tersebut warga setempat dapat mengenal Indonesia secara lebih dekat.


Beberapa undangan yang hadir pada acara pembukaan tersebut menyatakan pernah berkunjung ke Indonesia dan secara langsung menyampaikan kekaguman atas keragaman seni dan budaya Indonesia, adat istiadat hingga keramahan penduduknya.


Upaya Perwakilan RI di luar negeri dalam meningkatkan citra positif Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan seni dan budaya di Yunani terus dilakukan, tidak hanya dengan mempromosikan batik sebagai warisan dunia non-benda yang telah diakui oleh UNESCO, tetapi juga mengenalkan cara mempraktekan ataupun tehnik membatik dengan mendatangkan pengrajin dari Pekalongan.


Pada April lalu, KBRI Athena menyelenggarakan Batik Workshop di Athens School of Fine Arts, diikuti siswa dari Universitas dan kepada Women International Club di Athena, Yunani yang diikuti isteri Duta Besar dan pejabat serta seniman setempat dengan mendapat dukungan Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI.


Ayo, Tonton Festival "Urban Art" di GKJ!

Jakarta - Dalam rangka HUT ke-484 DKI, Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) secara rutin menggelar acara bertajuk Jakarta Anniversary Festival. Di tahun IX penyelenggaraannya, Jakarta Anniversary Festival mengambil tema "Urban Art". Acara ini berlangsung dari tanggal 3 Juni hingga 2 Juli 2011. Sebagian besar karya yang meramaikan perhelatan Jakarta Anniversary Festival ini berupa tarian.


"Tema Urban Art ini akan menyuguhkan beragam kesenian, mulai dari kesenian tradisi, klasik, alternatif, hingga kontemporer," kata Direktur Gedung Kesenian Jakarta Bambang Subekti di Jakarta, Minggu (5/6/2011).


Sembilan kelompok seniman dan seniwati berjiwa muda akan tampil bergantian sesuai jadwal pertunjukan. Saat pembukaan, 3 Juni 2011, Namarina Youth Dance menawarkan 7 Veils and Dreams yang terinspirasi dari kisah Joko Tarub. Pada hari Minggu (5/6/2011) kemarin, sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang tergabung dalam kelompok tari Shivanataraja berkolaborasi dengan kelompok musik Kunokini. Sekumpulan anak muda ini menampilkan sederetan tarian tradisional dibalut dengan musik etnik mistik khas Kunokini.


"Jakarta Anniversary Festival ini merupakan program andalan dari GKJ. Sekaligus ikut meramaikan HUT DKI. Semoga pergelaran ini dapat memberi nuansa dan ekspresi seni yang lebih segar," tutur Bambang.


Selain dua kelompok yang sudah tampil, masih ada tujuh kelompok yang akan meramaikan. Anda tertarik? Berikut ini jadwal pertunjukan Jakarta Anniversary Festival.


  • 12 Juni: Ikatan Pengajar dan Pelatih Ballet "LIV’IN"
  • 15 Juni: Sak Sak Dance Production "Lampan Lahat dan Perempuan Rusuk Dua
  • 18 Juni: Konser Jazz Shadow Puppets Quartet "Strings Attached Concert Series"
  • 19 Juni: Tari dan World Music Concert Swargaloka Art & Culture Foundation "Jejak Asa Sang Dewi"
  • 22 Juni: Bellydance Jakarta "Bahebbik Jakarta-I Love You Jakarta"
  • 24-25 Juni: Teater Mandiri "T R I K"
  • 1-2 Juli: Drama Tari "Gandrung Eng Tay" Dedy Lutan Dance Company
Semua pertunjukan ini dimulai pada pukul 20.00 WIB.


Meniru Etos Kerja Keras Orang Korea

Jakarta - Masyarakat Korea dikenal suka bekerja keras dan semangat dalam membangun bangsanya. Etos inilah yang bisa kita tiru dan terapkan dalam keseharian.


Hal tersebut juga dipelajari para guru SMA/SMK se-Indonesia dalam lokakarya yang dihelat oleh Pusat Studi Korea (Puskor) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.


Kepala Puskor, Dr. Novi Kussuji Indrastuti, M.Hum., mengatakan, dalam lokakarya yang digelar hingga 10 Juni mendatang, ke-26 guru dari berbagai daerah mulai dari Riau hingga Sumatera Tenggara ini diajak mengenal budaya Korea, untuk kemudian disampaikan kembali ke anak didik mereka. “Kami mensosisalisasikan kebudayaan Korea sebagai materi dalam lokakarya ini,” katanya seperti dikutip dari situs UGM, Kamis (9/6/2011).


Penasihat Puskor, Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, menyatakan, semangat orang Korea yang selalu bekerja keras sangat diperhatikan. “Termasuk seni berpikir, seni bersekolah, dan seni mengajar,” imbuhnya.


Kegiatan ini diadakan guna mempererat hubungan kerja bilateral antara Indonesia dan Korea. Pihak Korea Foundation yang diwakili Moon Jae Seung memberikan tanggapan positif terhadap acara rutin ini. “Korea Foundation sangat mendukung kegiatan bagi para guru ini,” katanya.


Lokakarya juga dimeriahkan dengan pentas seni Korea, dibuka dengan penampilan kesenian tradisional Korea, Samulnori dari mahasiswa program studi Korea. Selain itu terdapat beberapa tarian tradisional Korea, yaitu tari Hansam (tari sapu tangan) dan Buche Chum (tari kipas).


Para guru yang menjadi peserta mengaku sangat antusias mengikuti acara ini. Guru Bimbingan Konseling SMAN 6, Semarang, Siti Saptariningsih dan guru SMAN 1 Balikpapan, misalnya. Mereka berharap dapat mempelajari banyak hal tentang Korea. (Margaret Puspitarini)


Asal Usul Burung Moopoo

Minahasa yang dahulu dikenal dengan Malesung adalah salah satu nama kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Di kabupaten ini hidup beragam jenis binatang langka dan khas Minahasa. Salah satu binatang khas Minahasa adalah burung moopoo. Konon, burung moopoo ini merupakan jelmaan seorang anak laki-laki. Mengapa anak laki-laki itu menjelma menjadi burung moopoo? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita rakyat Asal Usul Burung Moopoo berikut ini.


* * *


Alkisah, di sebuah daerah di Minahasa, Sulawesi Utara, hiduplah seorang kakek bersama dengan cucu laki-lakinya yang bernama Nondo. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil di tepi hutan lebat. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, sang Kakek pergi ke hutan mencari hasil hutan dan menjualnya ke pasar. Sementara Nondo hanya bisa membantu kakeknya memasak dan membersihkan rumah, karena kakinya pincang. Kedua orang tua Nondo meninggal dunia ketika ia masih kecil. Sejak itu, Nondo diasuh oleh kakeknya hingga dewasa.


Setiap hari Nondo selalu bersedih hati. Ia ingin sekali membantu kakeknya mencari kayu bakar di hutan, namun apa daya kakinya tidak mampu berjalan jauh. Ia juga ingin sekali menyaksikan sendiri binatang-binatang yang hidup di hutan sebagaimana yang sering diceritakan oleh kakeknya setiap selesai makan malam.


Setiap kakeknya bercerita, Nondo selalu mendengarkannya dengan penuh perhatian. Ia hanya bisa membayangkan seperti apakah binatang-binatang yang diceritakan kakeknya itu. Ia juga sering bermimpi bertemu dengan binatang-binatang itu. Bahkan, ia kerap menirukan bunyi burung-burung yang diceritakan kakeknya.


Pada suatu hari, seperti biasanya, sang Kakek hendak pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.


”Kek! Bolehkah Nondo ikut ke hutan bersama Kakek?” pinta Nondo kepada kakeknya.


”Kamu di rumah saja, Cucuku” jawab sang Kakek.


”Tapi, Kek! Nondo ingin sekali melihat binatang-binatang yang sering Kakek ceritakan itu.”


”Jangan, Cucuku! Bukankah kakimu sedang sakit? Kakek khawatir dengan kesehatanmu.”


”Kek! Nondo mohon, izinkanlah Nondo pergi ke hutan bersama Kakek sekali ini saja,” bujuk Nondo sambil merengek-rengek.


Oleh karena kasihan melihat Nondo, akhirnya kakeknya pun mengizinkannya.


”Baiklah! Kamu boleh ikut bersama Kakek, tapi selesaikan dulu pekerjaan rumahmu,” ujar sang Kakek.


Dengan perasaan senang dan penuh semangat, Nondo segera membersihkan rumah dan memasak untuk makan siang sepulang dari hutan. Beberapa saat kemudian, Nondo telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya.


”Kek! Ayo kita berangkat! Pekerjaan Nondo sudah selesai,” seru Nondo.


”Ya!” jawab sang Kakek singkat dengan perasaan khawatir.


Setelah itu, berangkatlah mereka ke hutan. Sang Kakek berjalan di depan, sedangkan Nondo mengikutinya dari belakang. Ketika memasuki hutan, Nondo seringkali tertinggal oleh kakeknya, karena selain kakinya pincang, ia juga sering berhenti setiap melihat binatang. Bahkan, ia kerap bermain-main dan menirukan suara binatang yang ditemuinya. Oleh karena keasyikan bermain-main dengan binatang itu, sehingga ia semakin jauh tertinggal oleh kakeknya.


Awalnya Nondo tidak menyadari keadaan itu. Ketika hari menjelang sore, ia baru tersadar jika ia tinggal sendirian di tengah hutan. Hari pun semakin gelap, suasana hutan semakin menyeramkan dengan suara-suara binatang yang menakutkan.


”Kakek...! Kakek....! Kakek di mana...?” teriak Nondo memanggil kakeknya sambil menangis.


Beberapa kali Nondo berteriak, namun tidak ada jawaban sama sekali. Ia mencoba mencari jalan pulang ke rumah, namun semakin jauh ia berjalan semakin jauh masuk ke tengah hutan. Ia pun bertambah bingung dan tersesat di tengah hutan.


Malam semakin larut, Nondo belum juga menemukan kakeknya. Ia pun semakin takut oleh suara-suara burung yang bersahut-sahutan, seperti burung uwak, kedi-kedi, kakaktua, toin tuenden dan burung hantu. Apalagi ketika ia mendengar suara burung kuow yang keras dan menyeramkan. Ia pun menangis dan berteriak sekeras-kerasnya agar suaranya didengar oleh kakeknya. Namun, usahanya sia-sia, karena tidak mendapat jawaban sama sekali.


Sementara itu sang Kakek menjadi panik ketika menyadari cucunya sudah tidak ada lagi di belakangnya. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan cucu kesayangannya itu.


”Nondo...! Nondo...! Kamu di mana?” teriak sang Kakek.


Beberapa kali pula kakek itu berteriak, namun tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk pulang, karena mengira cucunya sudah kembali ke rumah. Namun sesampai di rumah, ia tidak menemukan cucunya. Pada pagi harinya, sang Kakek kembali ke hutan untuk mencari cucunya. Hingga sore hari, ia berkeliling di tengah hutan itu sambil berteriak-teriak memanggil cucunya, namun tidak juga menemukannya. Oleh karena merasa putus asa, akhirnya ia pun kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, ia mendengar suara yang aneh.


`moo-poo..., moo-poo..., moo-poo….!” terdengar suara burung aneh itu.


”Suara binatang apakah itu? Sepertinya baru kali ini aku mendengarnya,” gumam Kakek Nondo.


Oleh karena penasaran, kakek itu segera mencari sumber suara aneh itu. Setelah berjalan beberapa langkah, ia pun menemukannya. Ternyata suara itu adalah suara seekor burung yang sedang hinggap di atas pohon. Kakek itu terus berjalan mendekati pohon untuk melihat burung itu lebih dekat.


”Burung apakah itu? Sudah puluhan tahun aku mencari kayu di hutan ini, tapi aku belum pernah melihat jenis burung seperti itu,” gumamnya.


Sementara burung itu terbang dari satu cabang ke cabang yang lain sambil memerhatikan sang Kakek dan mengeluarkan suara, ”moo-poo”.


Semula kakek Nondo tidak mengerti maksud suara itu. Namun setelah lama memerhatikan suara itu, ia pun mulai menyadari jika burung itu memanggilnya opoku (kakekku). Untuk lebih meyakinkan dirinya, ia kembali mengamati burung itu. Setelah ia amati, rupanya kaki burung itu pincang. Tiba-tiba kakek itu menangis karena teringat cucunya. Ia yakin bahwa burung itu adalah jelmaan cucunya, Nondo. Sesuai dengan suara yang dikeluarkan, maka burung itu diberi nama moopoo. Hingga saat ini, burung moopoo dapat ditemukan di daerah Minahasa, Sulawesi Utara.


* * *


Demikian cerita Asal Usul Burung Moopoo dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Cerita di atas tergolong cerita mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu keburukan sifat tidak tahu diri dan suka berperilaku sembrono atau gegabah.


Sifat tidak tahu diri yang dimaksud adalah menyadari kemampuan diri sendiri. Artinya, jika hendak mewujudkan suatu keinginan, sebaiknya terlebih dahulu mengukur kemampuan diri sendiri. Sifat ini tercermin pada sikap Nondo yang memaksakan keinginannya untuk ikut bersama kakeknya ke hutan, padahal kakinya pincang. Sementara sifat suka berperilaku sembrono atau gegabah tercermin pada perilaku sang Kakek yang tidak perhatian terhadap keadaan cucunya yang pincang, sehingga meninggalkannya seorang diri di tengah hutan.


Sumber:
Sumaraw, Anneke. Cerita Rakyat dari Sulawesi Utara. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.1998.


Sumber Tulisan:
http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/asal-usul-burung-moopoo.html

Semangka Emas

(Cerita Rakyat Melayu Sambas)


P ada zaman dahulu kala, di Sambas hiduplah seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikir. Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang saja. Ia tidak perduli kepada orang-orang miskin. Sebaliknya Dermawan sangat berbeda tingkah lakunya. Ia tidak rakus dengan uang dan selalu bersedekah kepada fakir miskin.
Sebelum meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya. Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia telah meninggal kelak.


Muzakir langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut, lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun datang ke rumah Dermawan.


Dermawan selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah laku abangnya.


Suatu hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan "Kasihan," kata Dermawan. "Sayapmu patah, ya?" lanjut Dermawan seolah-olah ia berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. "Biar kucoba mengobatimu," katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.


Burung itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang. Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji, dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.


Tiga hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak, Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya. Setelah diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu. Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh, nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. "Terima kasih! Terima kasih!" seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.


Keesokan harinya Dermawan memberli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali. Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.


Mengetahui hal tersebut, MUzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. MUzakir sungguh marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal. Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.


Biji pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu, ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan dengan riuhnya.


diceritakan kembali oleh Hendy Lie


(diolah dari Cerita Rakyat dari Kalimantan Barat 2, Syahzaman, PT.Grasindo, 1995)


Sumber: http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/semangka-emas.html

Gunungan

Gunungan adalah wayang berbentuk gambar gunung beserta isinya. Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang dan perisai. Itu melambangkan pintu gerbang istana , dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. Di sebelah atas gunung terdapat pohon kayu yang dibelit oleh seekor ular naga.


Dalam gunungan tersebut terdapat juga gambar berbagai binatang hutan. Gambar secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara. Gunungan melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, Gunungan ditancapkan di tengah-tengah layar, condong sedikit ke kanan yang berarti bahwa lakon wayang belum dimulai, bagaikan dunia yang belum beriwayat. Setelah dimainkan, Gunungan dicabut, dijajarkan di sebelah kanan.


Gunungan dipakai juga sebagai tanda akan bergantinya lakon/tahapan cerita. Untuk itu gunungan ditancapkan di tengah-tengah condong ke kiri. Selain itu Gunungan digunakan juga untuk melambangkan api atau angin. Dalam hal ini Gunungan dibalik, di sebaliknya hanya terdapat cat merah-merah, dan warna inilah yang melambangkan api.


Gunungan juga dipergunakan untuk melambangkan hutan rimba, dan dimainkan pada waktu adegan rampogan, tentara yang siap siaga dengan bermacam senjata. Dalam hal ini Gunungan bisa berperan sebagai tanah, hutan rimba, jalanan dan sebagainya, yakni mengikuti dialog dari dalang. Setelah lakon selesai, Gunungan ditancapkan lagi di tengah-tengah layar, melambangkan bahwa cerita sudah tamat.


Gunungan ada dua macam, yaitu Gunungan Gapuran dan Gunungan Blumbangan. Gunungan Blumbangan digubah oleh Sunan Kalijaga dalam zaman Kerajaan Demak. Kemudian pada zaman Kartasura digubah lagi dengan adanya Gunungan Gapuran. Gunungan dalam istilah pewayangan disebut Kayon. Kayon berasal dari kata Kayun. Gunungan mengandung ajaran filsafat yang tinggi, yaitu ajaran mengenai kebijaksanaan. Semua itu mengandung makna bahwa lakon dalam wayang berisikan pelajaran yang tinggi nilainya. Hal ini berarti bahwa pertunjukan wayang juga berisi pertunjukan wayang juga berisi ajaran filsafat yang tinggi.


Pemko Pekanbaru Usulkan 906 Formasi CPNS

Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota Pekanbaru, Drs H Hermanius MM mengatakan pihaknya mengusulkan 906 formasi CPNS di tahun 2011 ini. Usulan tersebut jauh lebih banyak dari tahun lalu. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya kekurangan pegawai dari beberapa satuan kerja (Satker) di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru.


Hermanius memaparkan, dari 906 formasi tersebut, di antaranya untuk tenaga guru sebanyak 548 orang, tenaga kesehatan sebanyak 129 orang dan untuk tenaga teknis sebanyak 229 orang. Jumlah ini lanjutnya, selain untuk mengisi kekosongan posisi para pegawai yang sudah pensiun pada 2011 juga untuk menambah kekurangan jumlah pegawai di beberapa Satker yang ada di lingkungan Pemko Pekanbaru.


"Tahun ini jumlah pegawai yang pensiun sebanyak 203 orang. Sedangkan di tahun 2010 lalu, jumlah pegawai yang pensiun tercatat sebanyak 181 orang," katanya.


Data formasi CPNS 2011 ini tegas Hermanius akan langsung dikirimkan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) dan Badan Kepegawaian Nasional. Terkait apakah nantinya semua formasi yang diusulkan itu akan diterima oleh pusat atau tidak, menurut Hermanius hal tersebut belum bisa diketahui. Karena datanya baru akan bisa diketahui setelah adanya pemberitahuan dari Pusat nantinya.


Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, khusus untuk tenaga kesehatan, idealnya masih kekurangan 170 orang. Di antaranya untuk tenaga dokter umum, dan dokter spesialis saat ini masih kekurangan sekitar 20 orang. Karena saat ini katanya, setiap Puskesmas Inap baru memiliki tiga orang dokter umum. Seharusnya setiap Puskesmas rawat inap itu perlu enam orang dokter.


"Secara tidak langsung ini akan mengganggu kinerja, karena untuk rumah sakit rawat inap itu, yang seharusnya ditangani oleh enam orang dokter terpaksa dilaksanakan oleh tiga orang dokter. Sementara mereka bekerja 24 jam, disinilah letak ketergangguannya," terang Dahril Darwis.(lim/fuz/jpnn)


Royal Guard Of Honour To Mark His Majesty`s 61st Birthday

Thousands gathered at the Taman Haji Sir Muda Omar `Ali Saifuddien early yesterday morning to witness the Ceremonial Royal Guard of Honour Parade to honour His Majesty`s 61st birthday.


His Majesty`s arrival at the Taman was marked with the beating of the `Hadrah`. Upon arrival, His Majesty was greeted by YAM Pg Lela Cheteria Sahibun Najabah Pg Anak Hj Abdul Aziz followed by the Commander of the Royal Brunei Armed Forces Pehin Datu Lailaraja Major General Dato Paduka Seri Hj Awg Halbi Hj Md Yussof and the Commissioner of Police at the Royal Brunei Police Force Pehin Datu Kerma Setia Dato Paduka Seri Awg Zainuddin bin Jalani.


Accompanying His Majesty were HRH Prince Hj Al-Muhtadee Billah the Crown Prince, HRH Prince Mohamed Bolkiah and HRH Prince Haji Sufri Bolkiah.


When the Monarch stood at the Royal Dais, the National Anthem was played and 21 shots of the cannon were fired to mark the start of the grand celebration of His Majesty`s 61st birthday.


His Majesty then inspected the parade, which involved uniformed personnel from the Royal Brunei Armed Forces and the Royal Brunei Police Force.


Several slow and fast marches by the RBAF and RBPF passed the Royal Dais, accompanied with music played by the armed forces and police bands.


The guard of honour reached its climax when three cheers of the "Daulat" were made by the participants and the crowd. A showcase of Royal Brunei Air Force helicopters and aircraft with 10 helicopters and three fixed-wing aircraft, sliced through the sky, as His Majesty`s loyal subjects looked on while the National Anthem was played signifying the end of the parade.


The morning parade then followed by the audience and an investiture ceremony where His Majesty accorded honours on outstanding people with meritorious titles and awards at the Istana Nurul Iman. Before that, His Majesty addressed the nation in a much-awaited Royal Titah from the palace`s Throne Room.


Later at night, a state banquet was held followed by a display of fireworks.


Source: www.brunei-online.com (19 Juli 2007)