Bloggernyo urang sikaladi By. Boim

Pantai Grajagan-Banyuwangi


Pantai Wisata Grajagan terletak kurang lebih52 km ke arah selatan dari Kota Banyuwangi. Posisi pantainya yang strategis membuatnya menjadi pintu gerbang menuju ke Plengkung. Disekitar Pantai Grajagan banyak terdapat goa buatan yang terletak pada ketinggian sehingga kita dapat mengawasi seluruh kawasan. Pantai Grajagan bersebrangan dengan kawasan pantai Cungur. Karena perairanya bebas dari pengaruh ombak laut selatan, selain menikmati panorama sambil mandi matahari, di balik pantai Cungur terdapat Segoro Anak untuk kegiatan ski air, berperahu dan kano.



Keindahan Panorama Pantai Grajagan
Ombak menghentak menyambut langkah. Semilir angin membelai sukma. Tak pernah berhenti sepanjang waktu. panorama pantai di wanawisata Grajagan bak lukisan alam tanpa bingkai. Memandang pesonanya terasa memberi kepuasan tak terkira. Begitu menginjakkan kaki di wanawisata dengan ketinggian 0-20 meter di atas permukaan laut (dpl), pengunjung akan segera disambut gemuruh ombak khas pantai laut selatan yang senantiasa setia mendendangkan orkestra alam, sepanjang hari dan waktu. Gulungan ombak pantai yang berada di kawasan hutan KPH Banyuwangi Selatan, BKPH Curahjati ini, kerap memacu adrenalin para pesurfing untuk menjajal kemampuan atau sekedar belajar.

Tak heran, bila Pantai Grajagan ini sering dijadikan tempat persinggahan wisatawan lokal atau mancanegara sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Pantai Plengkung yang populer secara internasional sebagai tempat paling menantang untuk berselancar. Plengkung adalah salah satu dari tiga obyek wisata segi tiga berlian (G-Land) di samping Kawah Ijen dan Pantai Sukamade, yang menjadi obyek wisata andalan Kabupaten Banyuwangi.

Sambil menikmati panorama pantai, pengunjung bisa melihat-lihat ragam obyek yang ada di kawasan seluas 314 hektar ini, antara lain Goa Coko, petilasan, Goa Sriwulan, jembatan gantung peninggalan masa lalu, pura dan Batu Kuluk Minak Kuncar.

Di sekitar pantai ini juga terdapat bermacam obyek yang menyajikan pesona tersendiri. Ada Pantai Peturon yang setiap hari ramai karena sebagai tempat para nelayan menurunkan hasil tangkapannya. Di Peturon, wisatawan bisa berbelanja ikan segar langsung dari nelayan, atau langsung dibakar dan dimakan di tepi pantai.

Dari gardu pandang di puncak bukit, wisatawan bisa menikmati panorama laut bebas berpadu dengan bukit-bukit yang sangat indah. Pemandangan itu juga dapat dinikmati dari tiga buah goa buatan Jepang. Pagi hari, dari Goa Jepang ini pengunjung bisa menyaksikan perahu-perahu nelayan yang berangkat membelah laut lepas untuk mencari ikan. Perahu-perahu itu tersebar di berbagai sudut pandang sehingga menambah keindahan saat memandang ke laut lepas.

Yang tak kalah menarik, wisatawan dapat berperahu sambil memancing di antara keindahan alam sepanjang pantai hingga ke Plengkung. Bila anda beruntung, selama berperahu anda akan menjumpai ratusan burung migran yang indah beterbangan di atas pantai.

Keelokan wanawisata yang terletak di Desa Grajagan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Banyuwangi, sekitar 50 km arah selatan dari kota Banyuwangi ini kian menarik karena berdekatan dengan obyek wisata lainnya yang tak kalah indahnya. Obyek wisata itu antara lain Pantai Plengkung, Pantai Sukamade yang terkenal dengan penyunya, Pulau Merah, Pantai Coko dan Pantai Ngagelan di Taman Nasional Alas Purwo. Di Pantai Ngagelan, biasanya pengunjung bisa melepaskan penyu beramai-ramai.

Mengunjungi wanawisata Grajagan terasa sungguh mengasyikan dengan segala pesona alam yang mengitarinya. Obyek wisata ini unik karena merupakan perpaduan wisata pantai dan hutan yang ditumbuhi aneka pepohonan dan vegetasi alam, seperti hutan jati, sonokeling, fikus, walikukun, lamtoro gung, randu alam, bambu-bambuan, ketangi, bungur dan bakau.

Kawasan wisata di ujung selatan Banyuwangi ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kepuasan pengunjung, diantaranya ada pondok wisata, cottage, bungalow, warung makan, tempat bermain anak dan musholla. Untuk mencapai tempat ini juga dapat ditempuh dengan mudah. Jalannya beraspal sehingga mudah dilalui oleh bus, mobil pribadi maupun kendaraan roda dua. Dari arah Banyuwangi-Jember melewati Banyuwangi-Benculuk 28 km, dari Beculuk-Grajagan sekitar 12 km.

Pesona wanawisata lainnya yang juga dikelola KBM-WBU (Kesatuan Bisnis Mandiri-Wisata, Benih dan Usaha lainnya) Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, terdapat wanawisata Watu Dodol dan Silvofishery. Silvofishery merupakan tempat budidaya hutan payau di wilayah RPH Kesilir Baru, BKPH Sukamade, KPH Banyuwangi Selatan.

Di area seluas 121 hektar itu dibudidayakan tiga jenis hutan yaitu hutan payau dengan pertanian, hutan payau dengan tambak dan hutan satwa terutama burung. Budidaya hutan payau ini merupakan budidaya yang paling sukses. Tak heran bila silvofishery kerap menjadi obyek penelitian dan pusat studi banding bagi pembudidaya hutan serupa di berbagai daerah.

Pusat budidaya yang terletak di Desa Pesanggaran, Kecamatan Silir Agung, Banyuwangi, sekitar 70 km dari kota Banyuwangi, lokasinya dekat dengan Pantai Sukamade. Mencapai tempat ini dapat ditempuh dengan mudah menggunakan kendaraan pribadi maupun umum. Hanya, sekitar 100 m sebelum memasuki lokasi, pengunjung harus jalan kaki karena jalurnya belum tertata rapi. Rencananya akan dibuatkan jembatan penghubung demi kenyamanan pengunjung.

Setelah menikmati keindahan Wanawisata Grajagan dan keunikan Silvofishery, kurang lengkap rasanya bila tidak sekalian mengunjungi Wanawisata Watu Dodol. Wanawisata yang terletak di kawasan KPH Selogiri, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara ini menyuguhkan keindahan panorama alam yang merupakan perpaduan antara hutan, gunung, tebing, flora dan fauna serta pantai. Obyek wisata ini ditandai dengan adanya sebuah batu besar setinggi lebih kurang 7 meter, diameternya sekitar 3 meter, yang berdiri kokoh secara alami di tengah jalan dekat pantai.

Wanawisata dengan ketinggian antara 10-15 dpl ini menyimpan aneka flora dan dihuni bermacam satwa. Selain tumbuhan khas hutan yang dikelola Perum Perhutani, terdapat pula kembang kuning, laban dan suren. Sementara satwa yang menghuni kawasan ini adalah kera dan lutung berbagai jenis, kijang, anjing ajag, burung rangkok, elang putih, serigala dan ayam bekisar.

Selain itu, ada banyak peninggalan yang memiliki nilai sejarah masa silam, seperti goa Jepang, petilasan Syekh Maulana Ishak dan puterinya, dan makam Patih Mangun Buyut Ringsan serta puterinya yang dikeramatkan oleh sebagian orang untuk mengadu dan berdoa minta berkah.

Terdapat lima goa peninggalan Jepang di puncak bukit. Konon, goa itu dulunya berfungsi sebagai tempat pengintaian, perlindungan, penyimpanan dan lalu lintas distribusi senjata oleh tentara Jepang. Satu dari lima goa itu bahkan tembus pandang, sehingga dapat dipakai untuk melihat panorama laut dan Pulau Bali.

Kawasan wisata ini cocok digunakan untuk arena panjat tebing, tracking atau outbond. Area ini juga sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan lomba menggambar bagi anak-anak. Rencananya, tempat ini akan dibuka untuk berbagai kegiatan lomba, seperti lomba burung. Juga akan dilengkapi dengan kolam pemandian dan penginapan bila studi kelayakannya memenuhi syarat. Air untuk kolam renang itu nantinya akan diambilkan dari sumber air yang terdapat di kawasan ini.

Wanawisata yang terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi ini sangat strategis, karena berada di pintu gerbang kota Banyuwangi, juga dekat dengan Pelabuhan Ketapang, sekitar 5 km. Perum Perhutani juga berencana untuk menjadikan tempat ini sebagai pusat informasi wisata di Banyuwangi.



Pantai Grajagan mulai Dilirik Peselancar Dunia
Pantai Grajagan, Banyuwangi, sejak lima tahun terakhir ini mulai dilirik para peselancar dunia. Selain lokasinya mudah dijangkau, ombak di kawasan ini cukup menantang, terutama Agustus-September. Sayangnya, kawasan wisata di Banyuwangi Selatan ini masih minim sarana.

Berselancar di Pantai Grajagan mulai berkembang setelah salah seorang warga setempat, Made Supartha (40), membuka kursus berselancar. Saat ini tercatat lebih dari 30 siswa menekuni olahraga air ini. “ Jumlah pesertanya terus meningkat, kebanyakan kalangan remaja,” kata Supartha, Rabu (23/6). Meski tergolong sulit, olahraga ini cukup diminati. Bahkan, sejumlah pemuda setempat hijrah ke Bali hanya untuk mendalami olahraga penuh tantangan ini. Setelah dua tahun di Bali, mereka kembali ke Grajagan untuk menularkan ilmu dan keterampilannya. Biasanya, sembari pulang, para pemuda itu mengajak tamu asing dari Bali, lalu kepadanya diperkenalkan kehebatan ombak Grajagan.

Menurut Supartha, ombak Pantai Grajagan tidak kalah menarik daripada ombak Pantai Plengkung, Alas Purwo, juga di Banyuwangi Selatan. Bedanya, ombak Grajagan cenderung pecah sebelum ke pantai. Namun, karena masih baru, Pantai Grajagan belum banyak dilirik wisatawan asing untuk berselancar. Ditambah lagi, minimnya sarana wisata dan olahraga air di kawasan tersebut. Kawasan ini juga memilik panorama indah. Pasir pantainya tak kalah eksotis dibandingkan di Plengkung, belum lagi keindahan gunung dan hutannya.

Perkembangan berselancar di Grajagan tergolong lamban, akibat sulitnya mencari peralatan olahraga tersebut. Saat ini baru ada satu lokasi milik Supartha yang menyewakan papan selancar. Itu pun rata-rata barang bekas dari Bali. Papan selancar disewakan satu harinya Rp 25.000-30.000. “ Saya tidak murni bisnis, tetapi ingin mengembangkan olahraga selancar di Grajagan,” ujar Supartha.

Biasanya, para siswa kursus dan berlatih selancar pada hari libur. Pagi mereka berkumpul, diajari teknik di atas papan. Setelah lancar, mereka baru dibolehkan turun ke laut. Untuk bisa mahir berselancar, kata Supartha, diperlukan waktu minimal empat bulan. Jika ingin lebih mahir lagi diarahkan datang ke Bali. Pantai Kuta merupakan salah satu lokasi yang dituju.

Supartha merupakan satu-satunya pelatih selancar di Grajagan. Keahliannya berselancar didapat setelah berkelana di Bali bertahun-tahun. Tahun 2000, pria yang lama bertempat tinggal di Karangasem, Bali, ini, memilih pulang ke kampungnya di Grajagan. Di Grajagan ia juga bertugas sebagai anggota tim penyelamat pengunjung pantai. Saat hari libur, seperti sekarang ini, Pantai Grajagan dibanjiri wisatawan domestik. Rata-rata mereka mandi di laut. “Jika ada yang terseret arus, kami yang bertugas menolong,” katanya.

Untuk mencapai pantai ini diperlukan waktu sekitar satu jam perjalanan dari kota Banyuwangi. Lokasinya bisa dijangkau menggunakan kendaraan roda empat, bahkan bus besar. Turis asing biasanya mengunjungi lokasi ini Agustus hingga Desember. Kini, di sekitar pantai sudah berdiri sejumlah bungalow yang bisa digunakan tamu menginap.

Selain Grajagan, Pantai Pulau Merah, Pesanggaran, juga mulai dilirik untuk olahraga selancar. Namun, di tempat ini belum ada pengelola yang secara khusus menekuni kegiatan olahraga ini. Baru tamu asing dan warga luar daerah Banyuwangi yang berani menjajal keganasan ombaknya.
Pantai Grajagan dan Pulau Merah sama-sama berada di pantai selatan Banyuwangi, satu jalur dengan kawasan Plengkung. Tiga kawasan ini bisa menjadi daerah tujuan wisata favorit untuk penghobi selancar. Selama ini baru kawasan Plengkung yang lebih dulu dikenal peselancar dunia.-udi

Sumber :
http://www.slowbos.com
http://marijelajahindonesia.blogspot.com
http://www.cybertokoh.com