Sejak 2005 lalu, pemerintah telah menetapkan Sumatera Barat sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di
Sayangnya, keindahan alam kawasan yang merupakan perpaduan antara pegunungan, lembah, danau dan pantai dengan budaya yang unik ini belum dikelola secara baik sehingga industri pariwisata nyaris tidak berkembang. Padahal, dengan sentuhan infrastruktur pariwisata dan promosi yang memadai diperkirakan daerah ini tidak akan kalah dengan
Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan Ekonomi
Wilayah Provinsi Sumbar sebagian besar merupakan dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang membujur dari selatan ke utara, sedangkan sebagian kecil lainnya merupakan dataran rendah yang membujur dari selatan ke utara menghadap Samudra Hindia. Berbatasan dengan Sumatera Utara dan Riau di sebelah Utara, dengan Jambi di sebelah Timur, Samudera Hindia di sebelah Barat dan Bengkulu di sebelah Selatan. Daerah yang menganut sistem matrilineal dalam sistem kekerabatan ini menempati areal seluas 42,2 ribu kilometer persegi yang terdiri dari 12 kabupaten, 7 kota dan 158 kecamatan. Pada 2004 jumlah penduduk Sumatera Barat menurut catatan BPS mencapai 4,5 juta penduduk yang sekitar 98% diantaranya beragama Islam.
Berbeda dengan wilayah di sekitarnya, Sumatera Barat termasuk daerah yang memiliki sumberdaya alam yang relatif terbatas. Namun demikian, kawasan yang memiliki keindahan panorama alam yang sangat menakjubkan di
Disamping itu, beberapa kawasan telah dikembangkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, damar, karet, kopi, kelapa, dan kayu manis. Itu sebabnya, sebagian besar Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini pun lebih bertumpu pada sektor pertanian. Pada 2003 misalnya, sektor pertanian menyumbang sekitar 23,6 persen terhadap pembentukan PDRB Sumbar. Sektor penyumbang terbesar berikutnya selain pertanian adalah perdagangan, jasa hotel & restoran, dan sektor pengangkutan & komunikasi.
Tabel 1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat Menurut Lapangan Usaha (dalam miliar rupiah).
Lapangan Usaha | 2000 | 2001 | 2002 | 2003 | |
Rp miliar | Share | ||||
Pertanian | 5,099 | 5,823 | 6,651 | 7,548 | 23.6% |
Pertambangan& Penggalian | 800 | 897 | 1,020 | 1,055 | 3.3% |
Industri Pengolahan | 3,060 | 3,418 | 3,746 | 3,937 | 12.3% |
Listrik, Gas & Air Bersih | 296 | 373 | 548 | 697 | 2.2% |
Konstruksi | 1,027 | 1,181 | 1,290 | 1,466 | 4.6% |
Perdagangan, Hotel & Restoran | 4,044 | 4,639 | 5,201 | 5,619 | 17.5% |
Pengangkutan dan Komunikasi | 3,020 | 3,442 | 4,290 | 4,718 | 14.7% |
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan | 1,074 | 1,241 | 1,417 | 1,594 | 5.0% |
Ja sa-jasa | 4,041 | 4,401 | 4,945 | 5,387 | 16.8% |
Total | 22,462 | 25,415 | 29,107 | 32,023 | 100.0% |
Sumber: Badan Pusat Statistik, PDRB Menurut Kota/Kabupaten di Indonesia, 2000-2003
Bermula dari Bandara Internasional Minangkabau
Sadar akan sumberdaya alam yang relatif terbatas tersebut, pemerintah daerah pun mulai melirik sektor pariwisata sebagai salah satu andalan sumber pendapatan daerah Sumbar, bahkan sebagai daerah tujuan wisata yang utama di Indonesia.
Ambisi pemerintah daerah untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai daerah tujuan wisata yang utama di Indonesia adalah mimpi sejak puluhan tahun silam. Pembangunan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang terletak 29 kilometer di utara kota Padang, merupakan bagian dari mimpi tersebut. Bandara yang baru diresmikan penggunaannya Juli 2005 lalu, sejatinya sudah direncanakan sejak 20 tahun yang lalu.
Namun karena terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah yang diikuti dengan krisis ekonomi, pembangunannya mengalami beberapa kali penundaan. Pembangunan baru dimulai pada 2002 dan selesai pada Mei 2005. Dengan memindahkan bandara dari Tabing yang berkapasitas terbatas ke Ketaping dengan panjang landasan pacu 2.750 meter yang mampu didarati pesawat berbadan lebar seperti Airbus dan Boeing 737-400, diharapkan akses dunia internasional terhadap Ranah Minang akan semakin terbuka lebar – hal yang selama ini menjadi penyebab beberapa maskapai penerbangan luar negeri menunda pembukaan jalur penerbangannnya ke Padang.
Sejalan dengan pembangunan BIM, ruas jalan yang ada pun dibenahi. Selain pembangunan jalan baru, semua ruas jalan yang ada di-hotmix hingga ke pelosok-pelosok kota dan desa. Untuk memperlancar aksesibilitas ke bandara, jalan lintas tengah Sumatera Padang-Bukittinggi mulai dari Tabing hingga Simpang Duku Kabupaten Padang Pariaman yang semula satu jalur (dua lajur) kini diperlebar menjadi dua jalur (empat lajur) yang dibatasi jalur hijau. Selama 2004, setidaknya terdapat sekitar 40 proyek besar untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan dan jembatan di provinsi Sumatera Barat senilai Rp 198 miliar. Diantara proyek tersebut adalah proyek perintis jalan Solok-By Pass, Kabupaten Solok, Lubuk Alung By Pass di Kabupaten Padang Pariaman dan Jalan Maninjau-Lawang Kabupaten Agam. Proyek lainnya adalah pembangunan jalan Sicincin - Malalak sepanjang 50 kilometer yang memperlebar ruas jalan dari 11 meter menjadi 15 meter. Jalan ini akan menjadi jalur alternatif yang menghubungkan Padang - Bukittinggi. Sedangkan pada 2005 juga dimulai proyek pembangunan jalan layang kelok sembilan yang menghubungkan Bukittinggi dengan Provinsi Riau.
Dalam upaya mengembangkan wisata pantai juga dibangun jalan pantai dua jalur (empat lajur) sampai ke Bandara sepanjang lebih kurang 22,9 kilometer. Dengan demikian perjalanan wisatawan dari dan ke bandara disuguhi pemandangan pantai Padang yang indah dan menarik. Kawasan pantai Padang sendiri yang berada di pusat kota Padang yang tadinya tidak terurus kini telah pula dibenahi dan dibangun jalan dua jalur sehingga sekarang tampak lebih indah, cantik dan menarik. Setiap sore ribuan warga dan wisatawan mengunjungi pantai ini untuk menikmati pesona matahari tenggelam dan nelayan melaut.
Pembenahan infrastruktur transportasi juga dilakukan di ruas jalan yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Solok melalui pembangunan jalan alternatif Cupak By Pass Kabupaten Solok sepanjang 2,5 kilometer. Proyek senilai Rp 79,9 milyar ini diikuti dengan pelurusan dan pelebaran jalan di lokasi-lokasi yang rawan kecelakaan dan banyak belokan serta tanjakan sepanjang kurang lebih 4,5 kilometer. Sehingga, jalan dari Padang ke Solok yang tadinya terdiri dari jalan yang berkabut karena suhu yang dingin, berkelok-kelok dan penuh tanjakan berbahaya karena menyusuri jurang/ngarai yang cukup dalam di satu sisi jalan (salah satu kawasan berbahaya yang sering membawa korban adalah Sitinjau Laut) kini dibuat lebih lebar dan lurus membelah bukit-bukit kapur yang ada di sepanjang jalan. Perjalanan Padang-Solok yang tadinya sangat tidak nyaman karena belokan-belokannya yang tajam dan memerlukan waktu tempuh sekitar 1,5 jam tersebut kini bisa ditempuh hanya dengan 45 menit. Di kabupaten Solok sendiri pembangunan dan perbaikan jalan hotmix juga dilakukan hingga ke pelosok-pelosok desa sehingga perjalanan menuju tempat-tempat wisata yang ada di wilayah kabupaten Solok seperti Danau Kembar (Danau Diatas dan Dibawah) dan Danau Singkarak dapat dilalui dengan nyaman dan waktu tempuh lebih singkat.
Potensi wisata
Dengan kondisi geografis daerah yang merupakan perpaduan antara gunung, lembah, pantai, dan danau, Sumatera Barat sarat dengan puluhan tempat wisata alam dan bahari yang menawarkan pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Itu belum termasuk aset wisata lain, seperti tempat-tempat bersejarah, kekayaan budaya, kesenian rakyat, dan aneka kerajinan rakyat yang disajikan dalam atraksi menjadi pendukung wisata lainnya yang tak kalah menarik untuk dikembangkan.
Tempat-tempat wisata di Sumatera Barat tersebar merata di hampir seluruh kota maupun kabupaten. Di kota Padang yang merupakan ibu kota provinsi dengan azaz adat basandi syara’, syara’ basandi kitabulah (adat bersendikan syariat, syariat bersendikan Kitab Allah/Al-Qur’an) ini terdapat sejumlah tempat wisata Pantai yang menarik untuk dikunjungi, seperti Bungus, Karang Tirta, Pantai Padang, Pantai Caroline, Kawasan Wisata Air Manis, Malin Kundang, Gunung Padang, dan sebagainya. Bungus merupakan salah satu tempat wisata yang banyak dikunjungi karena keindahan pantainya yang berpasir putih dan nyaman untuk berenang, berperahu motor, atau sekedar menikmati sunset yang diselingi dengan pemandangan perahu-perahu nelayan yang tengah melaut. Di pantai ini juga tersedia perahu motor sewa untuk berlayat pulau-pulau kecil yang ada disekitar pantai, seperti Pulau Sirandah, Pulau Sikoci Pagang, dan Pulau Pasumpahan.
Dari Padang hendak menuju ke Kabupaten Solok terdapat Taman Hutan Raya Bung Hatta yang terletak sekitar 20 km dari pusat kota Padang. Di areal hutan raya seluas 70.000 hektar ini terdapat sejumlah flora dan fauna langka yang dilindungi. Udara pegunungan yang sejuk dan panorama alam yang indah diwarnai pula dengan nyanyian kicauan burung yang bersahut-sahutan yang berpadu dengan suara aneka satwa lainnya membuat daerah ini menjadi salahsatu kawasan wisata yang banyak diminati. Kabupaten Solok yang ibukotanya dipindahkan dari Solok ke Arosuko (Kayu Aro dan Sukarami) yang juga memiliki panorama alam yang indah dan udara yang sejuk yang berada pada jajaran Bukit Barisan, bergelombang, berbukit dan berlembah menjadi daya tarik tersendiri untuk berwisata. Daerah hijau dan subur berada pada ketinggian 400 hingga 1.700 meter diatas permukaan laut ini memiliki empat danau, yaitu Danau Singkarak (danau kedua terbesar di Indonesia setelah Danau Toba), Danau Talang, Danau Diatas, dan Danau Dibawah yang sungguh menawan.
Danau Diatas dan Danau Dibawah yang letaknya saling berdekatan dikenal juga dengan Danau Kembar. Perjalanan menuju Danau Kembar mulai dari Padang - Simpang Lubuak Silasih – Danau, wisatawan akan menikmati pesona yang lain dengan jalan yang berkelok-kelok, mendaki dan menurun. Di salah satu sisi jalan terdapat bukit nan hijau pada sisi lainnya terdapat jurang dan lembah yang hijau dengan kedalaman yang begitu jauh dengan pesona menakjubkan. Jurang dan lembah yang terdapat disepanjang perjalanan dari Simpang Lubuak Silasiah ke Lembah Gumanti memiliki pemandangan alam yang sangat mempesona dan keindahannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Seorang sastrawan Indonesia Rosihan Anwar dalam salah satu tulisannya pernah menggambarkan tentang keindahan lembah di sepanjang Lembah Gumanti setara dengan keindahan Grand Canyon yang ada di Amerika Serikat.
Danau Diatas terletak di Lembah Gumanti, berada sekitar 1.600 meter diatas permukaan laut, kedalaman hanya 44 meter dengan luas 17,2 kilometer persegi (6,12 km x 2,75 km). Sementara Danau Dibawah terletak di Kampung Batu Dalam, beberapa kilometer diatas Lembah Gumanti. Berada 1.566 meter diatas permukaan laut, dengan kedalaman 886 meter dan luas 16,9 km persegi. Danau ini menghasilkan aneka jenis ikan danau yang lezat yang banyak dijual di pasar desa Bukit Sileh yang hanya ada setiap hari Jum’at.
Disekitar kawasan Danau kembar terdapat hamparan kebun teh milik PTP Nusantara VI yang hasilnya diekspor ke berbagai negara seperti Sri Lanka, India, dan Timur Tengah. Perkebunan teh ini juga telah dikembangkan sebagai kawasan agro wisata. Disamping kebun teh, di sepanjang jalan di kawasan ini juga terbentang hamparan kebun markisa, kubis, buah Terung Belanda (buah khas daerah ini yang rasanya manis asam) aneka jenis sayuran lainnya yang bisa dijadikan tempat wisata belanja sayur-sayuran yang menarik. Selama beberapa tahun belakangan, perkebunan markisa telah menjadi salah satu produk andalan kawasan ini yang berhasil menambah tingkat kesejahteraan dalam perekonomian masyarakat setempat.
Karena suasana dan keindahan alamnya ini, daerah bersuhu 14-16 derajat celcius ini cocok untuk wisata konvensi, outbond, tracking, olahraga air dan sebagainya. Namun hingga saat ini hanya kawasan Danau Diatas yang telah dikembangkan sebagai kawasan wisata, itupun dengan pengelolaan yang masih sangat terbatas. Di kawasan ini diatas lahan seluas 40 hektar pemerintah daerah sudah membangun resort yang dilengkapi gedung pertemuan berkapasitas 800 orang, 2 villa besar bertingkat dua, dua villa kecil dan 10 cottage. Sementara kawasan Danau Dibawah masih sangat alami dan belum tersentuh oleh fasilitas wisata.
Di kota Solok masih dapat kita temui sejumlah rumah adat minangkabau (yang dikenal dengan nama ”Rumah Gadang”) dengan ukiran dan warna-warna yang mengagumkan.
Danau Singkarak terletak di dataran yang lebih rendah dibanding Danau Kembar. Danau seluas 13.011 hektar ini merupakan danau kedua terbesar di Indonesia setelah Danau Toba. Danau yang termasuk salah satu tempat wisata favorit ini telah lama dikembangkan sebagai kawasan wisata sehingga fasilitas wisata yang ada disini relatif lengkap seperti hotel dan restoran. Di Danau ini juga kerap diselenggarakan kegiatan wisata dan petualangan paralayang yang diikuti oleh peserta dari dalam dan luar negeri seperti Jepang, Australia, Canada, India, Swedia, Filipina dan Amerika Serikat.
Bukit Tinggi, kota yang pernah menjadi ibukota negara RI dimasa pemerintahan Soekarno ini dikelilingi oleh tiga gunung berapi yakni Gunung Singgalang, Gunung Marapi dan Gunung Tandikat. Di tengah-tengah kota berdiri Jam Gadang (Jam Besar) yang menjadi ikon kota ini. Di samping terdapat sejumlah obyek wisata menarik di kota sejuk ini, juga bisa ditemukan aneka jenis kerajinan rakyat, seperti bordir, sulaman, aneka jenis makanan rakyat. Hasil bordir dan sulaman Bukit Tinggi, terkenal dengan kualitasnya yang bagus dan telah diekspor ke berbagai Negara, seperti Brunei, Malaysia, Singapura, dan negara-negara Eropa serta beberapa Negara di Timur Tengah.
Obyek wisata yang terkenal di Kota Bukittnggi ini adalah Ngarai Sianok, Benteng Fort de Kock, Goa Jepang, Jam Gadang dan lain-lain. Bukittinggi juga termasuk salah satu sentra sayur-mayur di Sumatera Barat.
Ngarai Sianok merupakan salah satu obyek wisata alam kebanggaan Sumatera Barat. Lembah sedalam 100 hingga 150 meter ini membentang 15 km dengan lebar sekitar 200 meter ini, termasuk salah satu keajaiban alam yang memiliki keindahan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata dan sulit ditemui tandingannya di seluruh Indonesia. Sangat ”colourful”, dikelilingi oleh lembah yang hijau dan dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih didasar lembah. Di jaman kolonial Belanda jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, lantaran banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.
Di Kabupten Agam terdapat Danau Maninjau yang menjadi ikon wiasta daerah tersebut. Danau ini terletak sekitar 36 km dari Bukittinggi dan dengan luas 9.950 hektar. Danau ini indah dan menakjubkan, sehingga banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah bahkan ada yang langsung datang dari mancanegara, seperti Eropa, Amerika, Jepang, Australia, dan lain-lain. Seorang sastrawan nasional menulis keelokan Danau Maninjau tak kalah dengan keindahan danau-danau di Luzern, Zurich atau Genewa (Swiss) yang terkenal di seluruh dunia. Salah satu keunikan dari kota ini adalah perjalanan ke danau yang harus melewati 44 kelokan tajam yang terkenal dengan Kelok Ampek Ampek (44). Dari arah Padang, Kelok Ampek-Ampek berada di ujung lingkaran Danau Maninjau, memanjat-meliuk tajam ke kiri ke kanan menapak langit Bukit Barisan. Sebaliknya, dari arah Bukittinggi, Kelok Ampek-ampek akan meliuk terjal menuruni punggung Bukit Barisan menuju lembah Danau Maninjau yang menghijau bagai hamparan lembah surgawi na elok rupawan. Seluruh tikungan tajam yang berada di Kelok Ampek-ampek itu bersambung terus-menerus tanpa jeda sepanjang kurang lebih 10 kilometer. Dengan lebar jalan sekitar 3 sampai 3,5 meter tanpa median atau pagar pembatas di kiri-kanan tebing curam, jalan peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini menjadi jalan tembus Maninjau-Puncak Lawang-Bukittinggi.
Di Puncak Lawang ini konon terjadi pertemuan bersejarah antara Tuanku Imam Bonjol dan mantan Panglima Perang Pangeran Diponegoro-Pangeran Alibasyah Sentot Prawirodirjo-untuk melanjutkan perlawanan bersama menentang pemerintah kolonial Belanda. Beberapa tahun belakangan Puncak Lawang dan Danau Maninjau menjadi salah satu lokasi tempat perlombaan paralayang yang diikuti oleh puluhan atlit nasional dan mancanegara, seperti Jepang, Australia, Canada, India, Swedia, Filiphina, dan Amerika Serikat.
Di Kabupaten 50 Kota ditemui obyek wisata yang tidak kalah indahnya, seperti Lembah Harau, Tanah Datar dengan Istana Pagaruyungnya, dan Agam dengan Danau Maninjaunya. Lembah Harau terkenal dengan air terjun dengan ketinggian 150 meter, dan bukit-bukit kapur. Di kawasan ini bisa terdengar suara-suara fauna seperti harimau, tapir, siamang, dan lainnya.
Sementara itu di sisi lain Sumatera Barat terdapat daerah kepulauan yang namanya lebih populer di mancanegara dibanding Sumatera Barat bahkan Indonesia sendiri, yakni Kepulauan Mentawai. Popularitas Mentawai di mancanegara bahkan hampir menyamai Bali. Kawasan yang masih sangat alami yang dikelilingi oleh hutan bakau ini memiliki puluhan pulau yang sangat indah, airnya bersih dan jernih serta berpasir putih. Disamping indah perairan Mentawai juga dikenal sebagai tempat paling menantang untuk pencinta olahraga air atau surfing karena hempasan gelombang Samudera Hindia menghasilkan ombak yang menarik dan terbaik di dunia untuk surfing. Tidak heran bila pantai Mentawai sangat populer di kalangan peselancar mancanegara. Terdapat 23 titik untuk bermain selancar dengan standar internasional di daerah kepulauan ini. Diantaranya terdapat di Nyangnyang, Karang Bajat, Kaoniki dan Pananggelat Mainuk Kecamatan Siberut Selatan, Katiet Bosua di Kecamatan Sipora serta pantai Selatan dan barat Kecamatan Pagai Utara. Setiap tahun diperkirakan terdapat sekitar 2.000 orang wisatawan berselancar di daerah yang memiliki garis pantai 758 km ini yang pada umumnya adalah wisatawan dari mancanegara. Rata-rata setiap peselancar menghabiskan waktu 14 hari.
Menurut Harian Kompas, Mentawai tersohor namanya karena di daerah ini juga terdapat Taman Nasional Siberut yang luasnya 1.905 km persegi dan menjadi paru-paru dunia. Hutannya memiliki keunikan tertentu yang berbeda dengan hutan tropis lainnya, sebagai akibat proses isolasi sekitar 500.000 tahun sehingga menimbulkan sifat-sifat endemik bagi flora dan faunanya. Ada sejumlah satwa/primata endemik disini, seperti Bokoi (Beruk Mentawai), Jojo (Lutung Mentawai), Simakobu (Simpai Mentawai), dan Bilou. Di hutan Mentawai juga terdapat sedikitnya 150 jenis tanaman obat, dan sebagian besar tidak ditemukan di kawasan hutan mana pun. Disamping hutannya yang unik dan langka ini, Mentawai juga terkenal karena kebudayaannya yang unik yang sangat berbeda dengan kebudayaan masyarakat di tahah darat (sebutan orang Mentawai terhadap daratan Sumatera Barat). Budaya tato di Mentawai termasuk yang tertua di dunia dengan ragam tato yang unik dan spesifik.
Disamping sejumlah tempat wisata yang menakjubkan di atas, Sumatera Barat masih menyimpan sejumlah tempat obyek wisata lainnya yang tidak kalah menarik seperti Pandai Sikek dan Silungkang yang terkenal dengan kain songket dan aneka kerajinan rakyatnya, Lembah Anai dengan pemandangan hutan tropis dan air terjun setinggi 40 meter yang menakjubkan, Ngalau Indah dan Rimba Panti. Di Kabupaten Tanah Datar, kota kebudayaan tertua Minangkabau terdapat banyak peninggalan sejarah dan kebudayaan Minangkabau, seperti Istana Pagaruyung yang merupakan pusat Kerajaan Minangkabau abad ke 14, Batu Basurek, Batu Batikam, Sawah Satampang Baniah, Kuburan Panjang, Arsitektur Minangkabau, Balai Saruang dan sebagainya. Tanah Datar juga memiliki pemandangan alam yang indah diwarnai dengan hamparan sawah yang berjenjang-jenjang.
Ada berbagai atraksi wisata yang dapat ditawarkan yang saat ini belum dikembangkan secara optimal. Diantaranya adalah wisata diving (menyelam) di sekitar kepulauan Mentawai, memancing, hiking, atau hanya sekedar sight seeing.
Dari sisi budaya atraksi yang berpotensi ditawarkan adalah Pesta Tabuik di Pariaman yakni suatu atraksi ritual masyarakat Kota Pariaman yang kemudian menjadi kalender wisata nasional yang diselenggarakan setiap tanggal 1-10 Muharam. Pesta ”Tabuik” --mengambarkan burak, sejenis binatang berbadan kuda tegap, bersayap, berkepala manusia, serta mempunyai dua peti (jenazah) yang berumbul-umbul seperti payung mahkota, dihiasi warna-warni dengan tinggi 12-15 meter -- merupakan peringatan terhadap Perang Karbala yang menewaskan Hasan dan Hosen, cucu Nabi Muhammad SAW. Pada saat pesta ini diadakan jalan-jalan utama di Pariaman dan Pantai Gondoriah akan dipadati oleh ribuan pengunjung wisatawan lokal, nusantara, maupun mancanegara. Dalam pesta ini dua tabuik yakni Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang digoyang sembari diiringi alat musik tambur dan gendang tasa. Petang hari kedua tabuik digotong menuju Pantai Gondoriah yang indah, dan menjelang matahari terbenam, kedua tabuik dibuang ke laut. Yang menarik pesta ini juga diramaikan oleh atraksi kesenian Minangkabau lainnya.
Atraksi budaya lain yang unik dan menarik adalah kesenian randai, yakni sejenis teater rakyat Minangkabau yang sarat dengan musik, tarian yang berbasiskan pencak silat, dan petatah petitih khas rakyat Minangkabau. Kekuatan randai terletak pada musik dan gerakan-gerakannya yang sangat dinamis. Bila dikemas secara apik menurut Presiden Komunitas Musik Tradisi Internasional Asia-Pasifik Prof Dr Mohammad Anis sebagaimana dikutip Media Indonesia, kesenian randai ini bisa menyamai Kabuki dari Jepang atau Tanz theatre dari Jerman yang berhasil meraih popularitas tinggi di mancanegara. Atraksi budaya lain yang banyak menarik minat wisatawan adalah Baralek Gadang, yakni suatu prosesi pernikahan ala Minangkabau dengan pakaian dan pelaminannya yang khas dengan warna-warna yang sangat menarik.
Atraksi wisata yang sifatnya memanfaatkan keindahan alam yang menarik untuk dikembangkan adalah camping ground, wisata hutan mangrove (eco tourism), taman laut, surfing, paralayang, dan rafting.
Peluang Investasi
Dengan potensi wisata yang sedemikian besar, sudah tentu tersedia peluang investasi yang sangat besar di bidang kepariwisataan di Sumatera Barat. Sebagian besar kawasan wisata yang ada belum dilengkapi dengan fasilitas wisata yang memadai dan dikelola secara profesional. Kawasan wisata Danau Dibawah misalnya, sama sekali tidak tersentuh oleh fasilitas wisata baik restoran, penginapan/ hotel, walking track, play ground, souvenir shop, maupun berbagai fasilitas lainnya. Hal yang sama juga terlihat dari berbagai kawasan wisata lainnya. Sementara di kawasan wisata yang sudah memiliki fasilitas wisata seperti Danau Diatas, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Batu Sangkar dan sebagainya fasilitas yang tersedia juga masih jauh dari memadai. Itu sebabnya, disamping jumlah pengunjung yang datang ke Ranah Minang ini masih relatif sedikit, lama tinggalnya juga relatif singkat.
Ada beberapa peluang investasi yang masih sangat terbuka untuk dimasuki dibidang kepariwisataan di Sumatera Barat. Pertama, hotel dan restoran. Hingga saat ini jumlah hotel berbintang maupun non bintang di Sumatera Barat masih sangat terbatas. Hotel berbintang misalnya hanya ada 3 unit hotel bintang 4, 4 unit hotel bintang 3, 11 unit bintang 2 dan 5 unit bintang 1. Hotel berbintang pada umumnya hanya terkonsentrasi di sekitar Bukittinggi dan Padang. Sementara di daerah lainnya masih relatif terbatas. Karena itu pula sebabnya, wisatawan yang berkunjung saat ini lebih terkonsentrasi di kawasan wisata Bukittinggi. Demikian juga dengan restoran-restoran yang lebih representatif dan berkelas jumlahnya masih sangat terbatas Namun demikian peningkatan kualitas dan kuantitas hotel dan restoran ini harus sejalan dengan pengembangan berbagai fasilitas lainnya disekitar obyek wisata. Dalam beberapa waktu terakhir, sejalan dengan ambisinya untuk mengembangkan pariwisata di Sumatera Barat, pemerintah daerah telah berupaya membangun berbagai fasilitas di daerah kawasan wisata seperti di Lembah Gumanti yang merupakan lokasi Danau Diatas. Namun demikian karena keterbatasan dana, fasilitas yang dibangun masih jauh dari memadai meskipun lahan yang disiapkan untuk fasilitas wisata ini relatif luas yakni mencapai 40 hektar. Sementara itu masyarakat di sekitar lokasi juga telah berinisiatif menyewakan rumah mereka untuk para wisatawan yang berkunjung seperti di sekitar Danau Diatas dan Danau Maninjau namun tentu saja dengan fasilitas yang sangat terbatas.
Kedua, pembangunan resort. Dengan topografi daerah yang terdiri dari gunung, laut dan lembah, beberapa lokasi wisata di Sumatera Barat sangat sesuai dikembangkan untuk resort seperti Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Maninjau, Danau Singkarak, serta berbagai pulau kecil yang indah yang ada di Padang, Pariaman maupun Kepulauan Mentawai.
Ketiga, jasa penyewaan mobil. Pada umumnya fasilitas jalan raya yang ada di Sumatera Barat sudah relatif bagus. Namun demikian belum didukung oleh sarana transportasi yang memadai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Sejumlah fasilitas transportasi yang tersedia seperti taksi maupun mobil sewaan belum dikelola secara profesional, sehingga kualitas jasa maupun mobil yang ada masih jauh dari memadai. Karena itu untuk mendukung pengembangan wisata Sumatera Barat masih memerlukan jasa penyewaan mobil maupun taksi yang profesional.
__________
Ermina Miranti adalah Analisis Ekonomi dan Bisnis pada bank BUMN di Jakarta.
Sumber: www.west-sumatra.com